Change The Mind Set Of CHARITY

Dalam hitungan matematis, jika kita mengeluarkan sesuatu atau uang untuk diberikan kepada orang lain ( bersedekah ) maka sesuatu itu pasti berkurang.  Karena jika dihitung dalam logika dunia, misalnya : Rp.700.000 dikurangi  Rp.100.000  pasti tersisa Rp.600.000. Tapi tidak demikan dengan logika langit ( Tuhan ), karena Allaah menjanjkan  balasan berapa kali lipat dari uang yang kita keluarkan untuk bersedekah. Bisa saja uang yang mestinya tinggal Rp. 600.000 justru bertambah jumlahnya menjadi Rp.6.000.000,- atau bahkan lebih.
 " Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allaah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
“ Sesungguhnya Allaah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kananNya. Lalu Allaah mengembangkan pahalanya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan seekor anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji berkembang hingga sebesar gunung uhud “. ( HR. At Tirmidzi 662 ).
                                                            
Yang menjadi masalah tidak banyak orang tertarik dengan logika langit. Mereka lebih tertarik dengan logika bumi yang real atau yang langsung didapat meskipun sedikit, daripada banyak tetapi mendapatkannya nanti di akhirat.

Contohnya : Orang lebih suka bekerja dari pagi sampai sore untuk mendapatkan upah / bayaran sejumlah Rp.100.000,- yang terkadang melalaikan atau bahkan meninggalkan  sholatnya . 
Rasullullah Saw bersabda :

“ Dua Raka’at fajar ( sholat sunnah Qobliyah Shubuh ) lebih baik daripada dunia dan seisinya “. ( HR. Muslim no. 725 ). Jika shalat sunnahnya saja sedemikian besarnya, apalagi sholat Shubuh itu sendiri.

Kita masih belum berani untuk mengadakan lompatan 2, atau 3 sekaligus dalam bersedekah. Maksudnya kita cenderung stagnan dalam mengeluarkan sedekah, misalnya mengisi kotak amal di Masjid . Seringkali orang sibuk mencari uang yang bernominal kecil diantara yang bernominal besar dan terbesar.

Contoh lain mungkin anda dengan gampangnya mengeluarkan uang buat beli pulsa tetapi untuk mengisi kotak Masjid / bersedekah, anda masih berpikir dua kali untuk jumlah nominal yang sama.
Coba mulai dari sekarang,  biasakanlah untuk memberikan sedekah 2,5 % dari jumlah penghasilan yang anda terima ( bagi yang belum melakukan ).

Kembali ke masalah sedekah, cobalah sekali-kali membuat lompatan yang dratis, kalau biasanya anda memberi dengan jumlah nominal yang kecil  / terkeci kini dibalik untuk mengeluarkan dalam jumlah nominal yang terbesar. Lakukan hal tersebut secara berkala atau rutin. Lakukan semata-mata karena Allaah bukan karena yang lain . Dan nantikan adakah perubahan yang dapat anda rasakan dalam hal  kerohanian anda ?       

Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa. “. (HR. Bukhari no. 1443).
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allaah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allaah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan salat, ia akan dipanggil dari pintu salat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)
 " Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

My writing Is My expression ...

Menulis adalah salah satu kegiatan yang aku  sukai sejak dulu bahkan sejak aku  masih duduk di bangku SMP .  Pada waktu itu menulis puisi a...