Ketika aku tengah membaca Al
Qur’an surat .Al – Anbiyaa : 51 s/d 69 , aku tak bisa menahan senyum, sudah menjadi kebiasaanku
jika aku membaca sesuatu yang menarik, maka aku pahami bacaan tersebut sambil
mengaplikasikannya dengan imajinasiku.
Dalam ayat tersebut menceritakan tentang keberanian dan kecerdasan nabi Ibrahim dalam menghadapi kebodohan
kaumnya yang penyembah patung. Aku bisa bayangkan bagaimana culunnya kaumnya pada saat itu. Mungkin mereka geram dan marah sekali dengan nabi Ibrahim.
Berikut kisahnya:
# Dan sungguh , sebelum dia ( Musa dan harun ) telah kami
berikan kepada Ibrahim petunjuk, dan kami telah mengetahui dia.
# ( ingatlah ) , ketika
dia ( Ibrahim ) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “ Patung-patung apakah ini
yang kamu tekun menyembahnya ?”
# Mereka menjawab “ Kami
mendapati nenek moyang kami menyembahnya “
“# Dia ( Ibrahim )
berkata “ Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang
nyata “
# Mereka berkata “ Apakah
engkau datang kepada kami membawa kebenaran atau engkau main-main ? "
# Dia ( ibrahim )
menjawab “ sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan ( pemilik ) langit dan bumi ; ( Dialah ) yang telah mencptakannya , dan aku
termasuk orang yang dapat bersaksi atas itu “
# Dan demi Allaah, sungguh, aku akan melakukan
tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya “.
( Diceritakan dalam kisah rasul bahwa raja Namrud dan seluruh rakyatnya
sedang merayakan pesta hari raya dengan
pergi berburu di tengah hutan kecuali nabi Ibrahim yang tidak ikut.
‘# Maka dia ( Ibrahim )
menghancurkan ( berhala-berhala itu) berkeping-keping kecuali yang terbesar (
induknya ) ; agar mereka kembali ( untuk bertanya ) kepadanya “.
( Dan tepat dugaan nabi
Ibrahim bahwa mereka pasti akan menanyakan perihal hancurnya patung-patung
tersebut ).
# Mereka berkata “
Siapakah yang melakukan ini terhadap tuhan-tuhan kami ? Sungguh , dia
termasuk orang yang zalim “.
# Mereka ( yang lain )
berkata “ Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini ), namanya Ibrahim”.
# Mereka berkata “
Bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak , agar mereka menyaksikan
“.
# Mereka bertanya “
Apakah engkau yang melakukan ( perbuatan ) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai
Ibrahim ? “
# Dia ( ibrahim )
menjawab “ Sesungguhnya ( patung ) besar ini yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada mereka , jika mereka dapat berbicara “.
Disini aku tak bisa menahan tawa kecil, bagaimana mungkin patung
bisa diajak berbicara, dan inilah
tindakan cerdas nabi Ibrahim dengan disisakannya patung yang terbesar
seolah-olah patung itulah yang telah menghancurkan patung-patung kecil lainnya.
Maka dapat aku bayangkan bagaimana wajah mereka saat menahan marah kepada nabi Ibrahim yang telah menghancurkan tuhan - tuhan mereka sekaligus mereka menyadari bahwa tentu saja
tuhan yang mereka sembah tidak dapat berbicara
karena mereka hanya berupa patung.
# Mereka kembali kepada
kesadaran mereka dan berkata “ sesungguhnya kamulah yang menzalimi ( dirimu
sendiri ) “.
# Kemudian mereka
menundukkan kepala ( lalu berkata ) “ Engkau ( ibrahim ) pasti tahu bahwa (
berhala-berhala ) itu tidak dapat berbicara “.
# Dia ( Ibrahim ) berkata
“ mengapa kamu menyembah selain, Allaah , sesuatu yang tidak dapat memberi
manfaat sedikitpun, dan tidak ( pula ) mendatangkan
mudarat kepada kamu ?”.
# Celakalah kamu dan apa
yang kamu sembah selain Allah ! Tidakkah kamu mengerti ! “.
Tetapi karena memang kaumnya terlalu sesat bukannya mereka menyadari kesalahannya tentang patung-patung
yang mereka jadikan tuhan malah mereka marah dan berencana membakar nabi
Ibrahim.
# Mereka berkata “
Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu hendak berbuat “.
# Kami berfirman “ Wahai api ! jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi
Ibrahim “.
Maka selamatlah nabi Ibrahim dari proses pembakaran yang
dilakukan kaumnya kepada dirinya atas
pertolongan Allaah dengan menjadikan api itu menjadi dingin.
Namun dibalik itu sesungguhnya nabi Ibrahim sangat sedih karena
beliau tidak dapat menyelamatkan ayahnya ( Azar ), yang berprofesi sebagai
pembuat patung dan patung buatan sendiri itu pula yang disembahnya.
Berkali-kali nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk menyembah
Allaah , Tuhan seluruh alam dan memperingatkan kepada ayahnya bahwa, patung
tersebut tidak dapat mendengar , melihat dan menolongnya.
Tetapi ajakan dan peringatan nabi Ibrahim tidak didengarnya
bahkan marah dan akan merajamnya jika terus-terusan mengajaknya. Setelah tahu
bahwa ayahnya adalah musuh Allaah maka beliau berlepas diri daripadanya. Sudah
tidak ada beban moral lagi karena belaiu sudah memperingatkannya selaku seorang
anak kepada ayahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar