Sudah sepantasnya sebagai orang muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa menjadikan Al Qur’an sebagi ruh dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Tentu masing-masing orang menjalankan sesuai
dengan kesanggupan masing-masing dalam menjalankan ibadah atau perintah Allaah
SWT. Antara pengusaha dan karyawannya ,
antara dokter, pilot, guru, perawat, penjahit, nelayan, pelayan toko dll
masing-masing berbeda dalam menjalankan ibadahnya. ( dalam menjalankan sholat ,
puasa, zakat dan bersedekah dll ).
Al Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia tentu
memiliki korelasi yang erat dengan kehidupan manusia itu sendiri , diibaratkan manusia
sebagai pengguna jalan, sementara Al
Qur’an itu sebagai rambu-rambu jalan untuk kemudahan , kelancaran dan
keselamatan bagi pengguna jalan tersebut. Maka ketika pengguna jalan itu tidak
mematuhi rambu-rambu yang sudah ditentukan bisa jadi dia tersesat atau
mengalami kesulitan untuk sampai ke tujuan ( akhirat ).
Allaah tahu persis apa yang dibutuhkan bagi kelangsungan
hidup manusia, untuk itulah di turunkankan Al Qur’an sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan hidup manusia dalam menapaki kehidupan di dunia agar selamat sampai
ketujuan yaitu akhirat sebagai tujuan akhir dari hidup manusia.
Sudah sepantasnya disetiap lini kehidupan seorang muslim selalu
berkiblat pada Al Qur’an, bukan malah sebaliknya ataupun memilah-milah aturan,
sekiranya aturan itu cocok kita ambil
jika bertentangan dengan keadaan kita, kita tinggalkan hingga tanpa kita sadari
perlahan-lahan kita menjadi orang-orang yang munafik.
Kita sudah meyakini bahwa semua yang terkandung dalam Al
Qur’an adalah yang terbaik bagi manusia yang meyakininya yaitu umat muslim.
Lantas kenapa kita masih berbuat sekehendak kita meskipun kita tahu jika perbuatan yang dilakukan itu
bertentangan dengan Firman Allaah, parahnya lagi sebenarnya kita masih bisa
mencegah tetapi kita tidak berusaha untuk mencegah. Apakah ini tidak berarti
munafik ? contoh mudahnya dalam memilih
pemimpin.
Jelas-jelas Allaah berfirman hingga beberapa kali jangan
menjadikan non muslim sebagai pemimpin kaum muslimin. Tidak mungkin Allaah salah dalam memberi
perintah. Tapi realitanya ? Benar saja firman Allaah yang menyatakan bahwa sesungguhnya
manusia itu memang pembangkang ! Sebagian dari mereka bahkan ada yang mengatakan
bahwa pemimpin kafir lebih baik daripada muslim yang dzalim. Astagfirullaahal’adziim....apakah
mereka lebih tahu dari Allaah ?
“ Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir
sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Barang siapa berbuat demikian,
niscaya dia tidak memperoleh apapun dari Allaah, kecuali karena menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti
dari mereka. Dan Allaah memperingatkan kamu akan diri ( siksa) Nya , dan hanya
kepada Allaah tempat kembali ” ( QS. Ali Imran : 28 ).
“ Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu
menjadikan pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi bahan ejekan dan
permainan, yaitu diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir .
dan bertakwalah kepada Allaah jika kamu orang-orang yang beriman. “. ( QS. Al
Maidah : 57 ).
“ Kabarkanlah pada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, yaitu
orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Apakah mereka
mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? ketahuilah bahwa semua kekuatan
adalah milik Allaah. “. ( Qs, An-Nisa : 138-139 ).
“ Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu
menjadikan orang-orang kafir sebagi pemimpinmu selain dari orang-orang yang
mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allaah ( untuk menghukummu
? )”. ( QS. An –Nisa : 144 ).
Kalau menurut saya sepanjang muslim yang menjadi
mayoritas, jelas mestinya kita dapat memilih pemimpin yang muslim. Apapun
keadaanya muslim tetap lebih baik dari pada non muslim karena bagi Allaah manusia
yang berdosa tetapi masih beriman atau mengakui keberadaan Allaah, masih lebih baik dari pada manusia yang baik
tapi ingkar kepada tuhannya.
Yang ingin saya tekankan disini jika manusia melakukan
dosa kepada sesamanya itu memang buruk tetapi memang sifat manusia adalah penuh dengan kelemahan (
tidak ada manusia yang sempurna ) maka jika orang tersebut menyadari
kesalahannya kemudian bertaubat itu masih lebih baik daripada manusia yang durhaka kepada Tuhannya.
Karena jika manusia itu baik kepada sesama manusia
tetapi mengingkari keberadaan Tuhannya , maka sia-sia amalnya karena dia
mendurhakai Tuhan nya sendiri , Dzat yang menciptakan dirinya sendiri, maka siapa yang dapat menolongnya ?.
“ Sesungguhnya orang-orang yang kafir, bagi mereka tidak
akan berguna sedikipun harta benda dan anak-anak mereka terhadap ( adzab)
Allaah. Dan mereka itu ( menjadi ) bahan bakar api nereka”.( QS. Ali Imran : 10
).
Mungkin lebih bisa dimaklumi atau diterima jika kita berada di mayoritas non muslim apa
boleh buat, terpaksa kita membiarkan dia yang menjadi pemimpinnya.
Sudah menjadi hal yang semestinya setiap dari kita
menjadikan Al Qur’an sebagai ruh atau penggerak jiwa. Untuk menerapkan aturan
yang terkandung di dalam Al Qur’an sesuai tugas dan jabatan bidang
masing-masing.
Yang menjadi pemimpin dapat mencontoh dan meneladani sikap serta kepemimpinan Rasulullaah
Saw. Untuk menegakan keadlilan, mengurangi kesenjangan antara yang kaya dan
yang miskin. Mendirikan sholat karena seburuk-buruk sholat telah membawa
sesorang kepada keimanannya sekalipun belum khusyu. Menegakkan zakat , dan
menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar.
“ Dan hendaklah diantara kamu ada yang segolongan orang
yang menyeru kepada , menyuruh ( berbuat
) yang makruf, dan yang mencegah dari yang mungkar.” ( QS. Ali Imran : 104 ).
“ Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan ,
sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian lain. Mereka menyuruh ( berbuat
) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan
zakat, dan taat pada kepada Allaah dan RasulNya. Mereka akan diberi rahmat oleh
Allaah, sungguh Allaah maha perkasa , maha bijaksana “. ( QS. At-Taubah : 71 ).
Jika semua muslim baik itu rakyat atau pemimpin menjadikan Al Qur'an sebagai ruh dalam melaksanakan tugasnya masing-masing maka lahirlah pribadi-pribadi yang cinta Al Qur'an , dan pada akhirnya terciptalah sebuah negeri yang " Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur ". ( Negeri yang baik dengan Rabb yang Maha Pengampun ).
Jika semua muslim baik itu rakyat atau pemimpin menjadikan Al Qur'an sebagai ruh dalam melaksanakan tugasnya masing-masing maka lahirlah pribadi-pribadi yang cinta Al Qur'an , dan pada akhirnya terciptalah sebuah negeri yang " Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur ". ( Negeri yang baik dengan Rabb yang Maha Pengampun ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar